Education

06 November 2024

Menguatkan Optimisme terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi di Madura

Universitas ternama seperti Harvard kerap dipuji sebagai lembaga pendidikan unggulan karena banyaknya alumni sukses yang mereka hasilkan. Namun, pernahkah kita mengajukan pertanyaan berikut: 


Benarkah keberhasilan para alumni kampus ini semata-mata karena kualitas pendidikan yang diberikan? 


Jangan-jangan keberhasilan para alumni dari kampus ini adalah karena Harvard hanya menerima mahasiswa paling cerdas sejak awal, sehingga tidak sulit bagi mereka untuk pada akhirnya menjadi alumni yang berhasil. Dengan kata lain, output yang dihasilkan oleh Harvard lebih merupakan konsekuensi dari seleksi yang ketat di awal, ketimbang karena kualitas pengajarannya. 


Jika memang benar itu yang terjadi, maka tanpa disadari selama ini kita telah terjebak pada sebuah ilusi berpikir yang dikenal dengan istilah swimmer’s body illusion atau ilusi tubuh perenang. 


Swimmer’s body illusion


Swimmer’s body illusion adalah istilah dalam logika yang pertama kali dipopulerkan oleh Nassim Nicholas Taleb. Istilah ini merujuk pada kesalahpahaman umum di mana orang keliru menilai sebab dan akibat yang dapat mengantarkan pada hasil tertentu (Dobeli, 2017). Misalnya, dalam konteks atlet renang, banyak orang beranggapan bahwa bentuk tubuh perenang profesional—yang ramping dan proporsional—adalah hasil dari latihan intensif. 


Kenyataannya, para atlet renang yang pada akhirnya berhasil dalam cabang olahraga ini adalah mereka yang memiliki postur tubuh ideal secara genetis jauh sebelum mereka mulai berlatih. Dengan kata lain, mereka yang sejak awal memiliki proporsi tubuh yang ideal untuk menjadi atlet renang lebih mungkin untuk berhasil, ketimbang mereka yang hanya mengandalkan latihan semata. Latihan hanyalah faktor pendukung bagi keunggulan fisik alami yang sudah ada.


Mari kita buat contoh lain. Sering kita jumpai seorang model wanita cantik yang mengiklankan produk kosmetik tertentu. Banyak wanita lain percaya bahwa produk-produk yang diiklankan ini dapat mengubah mereka menjadi lebih cantik, layaknya sang model. Padahal, tanpa disadari mereka sedang terjebak dalam ilusi. Kosmetik bukanlah faktor yang membuat sang model memiliki paras cantik. Sebenarnya, sang model tersebut sudah terlahir menarik dan cantik, sehingga dia terpilih untuk mengiklankan produk kosmetik tertentu. Dengan demikian, kecantikan adalah faktor seleksi, bukan hasil dari penggunaan produk kosmetik yang diiklankan.


Dunia Pendidikan


Ilusi semacam ini rupanya juga bisa dijumpai di dunia pendidikan. Sering tak disadari bahwa kita juga terjebak dalam swimmer’s body illusion. Banyak orang percaya bahwa keberhasilan lulusan dari universitas negeri ternama seperti ITB, UI, UGM dan yang lainnya adalah semata karena pendidikan yang mereka terima di sana. Kita lupa bahwa universitas tersebut ‘hanya mau’ menerima siswa-siswa yang sudah sangat cerdas dan berbakat. Oleh karena itu, kesuksesan mereka setelah lulus bisa jadi lebih disebabkan oleh bakat dan kecerdasan bawaan mereka, ketimbang disebabkan oleh pengajaran yang diterima di kampus.


Swimmer’s body illusion  dalam pendidikan tinggi berdampak signifikan terhadap cara pandang masyarakat dalam menilai kualitas perguruan tinggi. Banyak orang tua dan calon mahasiswa berlomba-lomba untuk masuk ke universitas dengan reputasi mentereng. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut menjamin kesuksesan mereka di masa depan. Akibatnya, masyarakat cenderung menilai kualitas pendidikan berdasarkan reputasi dan popularitas semata, tanpa mempertimbangkan faktor lain seperti metode pengajaran, lingkungan akademik, dan relevansi kurikulum. 


Padahal, universitas lain yang kurang tersohor bisa saja memiliki pendekatan pengajaran yang sebenarnya lebih inovatif dan mumpuni untuk mengembangkan mahasiswanya yang notabene tak dibekali oleh bakat dan kecerdasan bawaan. Hanya saja, sayang sekali, kampus-kampus semacam ini umumnya sering dipandang sebelah mata hanya karena mereka belum memiliki nama besar sebagaimana kampus-kampus bergengsi.


Kesempatan yang sama


Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan kesadaran agar kita terhindar dari swimmer’s body illusion. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menganggap remeh kualitas pengajaran di kampus-kampus terbaik tadi. Sebaliknya, tulisan ini justru hendak menyadarkan para mahasiswa di Madura bahwa keberhasilan pada akhirnya tidak hanya ditentukan oleh nama besar kampus. Anda tidak boleh pesimis lantaran ‘hanya’ bisa menjadi menempuh pendidikan tinggi di kampus-kampus di Madura. Dimanapun anda berada, pada hakikatnya Anda memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil di kemudian hari. Bias dari swimmer’s body illusion ini harus mampu mengingatkan anda bahwa keberhasilan banyak individu di institusi bergengsi tidak semata-mata hasil dari pendidikan di lembaga tersebut.


Dengan perspektif ini, anda tidak perlu merasa rendah diri hanya karena memilih untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang mungkin tidak sepopuler universitas besar tadi itu. Anda tidak perlu terperangkap dalam anggapan keliru bahwa kualitas pendidikan yang transformatif dan berkualitas hanya dapat dirasakan di perguruan tinggi populer di pulau seberang sana.